Kamis, 15 Januari 2009

Faham Nasionalisme Pemuda Perlu Ditingkatkan

Indonesia sudah sejak lama menjadi incaran para konspirator. Tujuannya mereka ingin memecah belah bangsa dan menguasai segala macam sumber daya alam yang ada. Ada tujuh skenario yang hendak dilakukan dalam upaya memuluskan rencana itu. Indikasi itu sudah mulai terlihat. Maka seluruh komponen bangsa terutama para pemuda harus meningkatkan faham nasionalisme dan tidak melupakan sejarah. Apa saja indikasi yang hendak dilakukan konspirator tadi berikut paparan Dr. Ir. Pandji R. Hadinoto, Ketua Departemen Politik dan Hukum DHN'45 kepada Nuryaman dari Parle. Sejauh mana peran pemuda sebagai agen perubahan kehidupan bernegara dalam pandangan Anda? Pemuda memang selalu menjadi energi daripada perubahan dan pembangunan di negara manapun. Dalam kaitan dengan 2008 ini sebaiknya pemuda melihat agak jauh dalam sisi ketahanan nasional, seperti yang biasa disebut sebagai Ancaman, Hambatan, Gangguan dan Tantangan, (AHGT) terutama dalam tujuh aspek yaitu Ipoleksosbud Hankam atau Astagatra. Mengapa hal itu dianggap perlu? Begini saya melihat wawasan kebangsaan banyak diciderai. Ini tidak lain karena distorsi dari berbagai informasi. Jadi tidak ada salahnya kalau kita saling mengingatkan. Hanya bagi yang sadar seperti dari nasionalis 45, terutama dari Menteng Raya 31, kita merasa wajib untuk memberi pencerahan. Apalagi kita sebagai warga Jakarta, dikenal sebagai kota juang.
Tahun 1908 di Kwitang digelar kebangkinan nasional, sumpah pemuda sekarang dikenal Kramat Raya dan proklamasi digelar di Pegangsaan Timur 56 sekarang di kenal jalan proklamasi. Termasuk BKS sebagai cikal bakal TNI kita juga ditekadkan tanggal 23 Agustus bermarkas di rumahnya Subianto pamannya Prabowo. Jadi memang kita sebagai warga Jakarta sebaiknya tidak melupakan kewajiban sejarah ini untuk terus mengobarkan, meng gelorakan jiwa juang bangsa. Dalam kaitan 2008 dengan sumpah pemuda ini kalau kita lihat AHGT tadi, kita mencermati tahun 2012 ada sasaran untuk memecah belah Indonesia menjadi 17 negara bagian. Dengan tujuh skenario yaitu, memperlemah negara kesatuan Indonesia, menghapus idiologi Pancasila, menempatkan uang sebagai dewa, menghapus rasa cinta tanah air, menciptakan sistem multi partai, menumbuhkan sekularisme, dan membentuk tata dunia baru. Sejak kapan tekad itu dimulai? Sejak 1776 di Baslou Swis. Jadi mereka memang sudah lama ingin memetakan dunia dalam tatanan sesuai versi dan keinginan mereka. Mereka yang dimaksud siapa? Kalau menurut informasinya kita sering dengar istilah delusiverians konspiration atau konspirasi internasional. Jadi kita harus memahami memang ada ancaman semacam itu. Apa maksud mereka? Yang jelas ingin menguasai sumber daya ekonomi Indonesia. Ini sudah gerakan yang disebut perang generasi kelima. Non unifo rm combatan, serdadu yang tidak pakai uniform tapi sudah dilatih untuk mengacau balau bangsa kita. Mereka itu sudah sukses menurunkan John Perkins tahun 1971. Informasi terakhir mereka akan menyiapkan 20 ribu tentara resmi. Ini bukan sesuatu yang rahasia lagi publik sudah banyak mengetahui lewat media massa. Apa yang bisa dilakukan 2008 ini? Tentunya kita harus bisa melawan itu. Kami nasionalis 45 yang dari Menteng Raya 31 ini pada tanggal 18 Oktober yang lalu, ada tim tujuh yang berhasil merumuskan 7 resolusi sumpah pemuda. Selain tiga yaitu tanah air, bahasa dan bangsa, ada empat lagi yang perlu dijadikan pondasi yaitu; kita punya idiologi yang namanya Pancasila, UUD 1945 satu-satunya konstitusi buat negara, NKRI satu-satunya bentuk negara, bendera merah putih satu-satunya pemersatu daripada bangsa. Sejak kapan rencana konspirator tadi ingin memecah belah Indonesia? Sudah lama. Indikasi itu sudah terlihat, misalnya mereka ikut dalam merekayasa amandemen UUD 1945. Pada tanggal 25 lalu di TIM ada peluncuran buku mengenai rekayasa UUD 1945 tadi oleh Amin Ariyoso. Memang 25 Oktober kemarin ini secara serentak, ternyata kesadaran itu ada dimana-mana. Tanpa dikomando ternyata para komponen nasionalis 45 sudah bergerak. Jadi kesimpulannya pondasi rumah Indonesia ini perlu diperkuat dengan tujuh resolusi tadi. Masihkah pemuda menjadi agen perubahan sosial politik kita sekarang ini? Seharusnya demikian, ada beberapa pemuda yang sebetulnya mempunyai kesadaran itu. Terbukti waktu kita melaksanakan dialog lintas generasi 80 tahun sumpah pemuda beberapa waktu lalu banyak pemuda yang hadir dan mereka bisa memahami situasi dan kondisi saat ini. Jadi menurut saya kita tidak perlu kuatir, hanya memang dari sisi pemerataan kesadaran ini sebetulnya yang dikuatirkan. Memang populasi daripada penyebaran kesadaran ini kurang kuat tapi bu kan berarti tidak ada. Lantas bagaiman seharusnya pemuda merefleksikan perannya saat ini menghadapi konspirator tadi? Yang penting mereka mau belajar terutama dari generasi penerus seperti generasi 45. Karena seringkali pemuda sekarang merasa sudah bisa menjadi pemimpin, melihat dari sisi umur padahal sebetulnya kurang persiapan. Pemuda sekarang hanya sekadar bisa berekspresi, tapi sebetulnya tidak punya pengalaman misalnya mengelola satu masalah. Mereka bisa menulis, bisa berwacana tapi berbuat belum pernah bahkan belum diakui masyarakat luas. Sedangkan yang pandai dan sering menangani masalah malah tidak pernah muncul. Untuk melawan gerakan tadi apa yang harus dilakukan pemuda? Saya kira mereka harus meningkatkan faham nasionalisme. Salah satu caranya dengan memahami sejarah, karena Sun Tzu mengata kan untuk mengambil kebijakan ke depan harus bercermin dari sejarah masa lalu. Kalau dalam bentuk angka untuk membuat kebijakan hanya 20 persen dari upaya. Sedangkan 40 persen memahami masa kini, 40 persen lagi memahami sejarah masa lalu. Jadi 40, 40, 20 untuk mendapatkan 20 puluh yang sempurna. Itu rumusnya. Untuk inilah pemimpin pemuda dalam usia katanya siap menga mbil peran sebagai pemimpin memang harus belajar 40, 40 tadi. Bukan cuma sekadar bermimpi soal 20 tadi, bahkan cuma 10 atau 15 persen barangkali karena tidak cermat. Jadi memang masalah pemuda tidak bisa diredukasi menjadi soal umur secara biologis, tapi dilihat dari aspirasi. Belum tentu yang umurnya tidak muda lagi, jiwanya bukan pemuda. Masih banyak saya temui yang umur 70 pun masih berjiwa pemuda. Mereka itu ada di angkatan 45 dan 49, eks dari tentara pelajar dan pembela tanah air. Mereka masih berkenan memberikan pencerahan, menu larkan jiwa semangat nilai juang 45.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar