Selasa, 13 Januari 2009

ORGANISASI KEPEMUDAAN JANGAN TRADISIONAL

Menteri Negara Pemuda (Menegpora ) Dr. Adhyaksa Dault, SH, M.Si, meminta agar pengelolaan organisasi Kepemudaan jangan hanya sekedar rutinitas dan tradisional karena mereka akan ditinggalkan anggotanya.?Tapi harus modern, kata Adhyaksa saat membuka tiga kegiatan sekaligus yakni Temu Pemuda Serantau I, Bakti Pemuda Internasional dan Rakernas Gerakan Pemuda Islam Indonesia (GPII) di Yogyakarta, Sabtu (2/6) malam. Sebagaimana disampaikan Humas Kantor Kemenegpora, di Jakarta.
Saat ini, banyak organisasi yang dikelola secara rutinitas dan tradisional sehingga tidak ada pembaharuan, tidak sesuai dengan tuntutan zama, maka akan sulit berkembang. Organisasi kepemudaan, katanya, harus memperhatikan pengembangan sumber daya manusia dan aturan main organisasi agar terus bias survive (bertahan). Dan tidak ditinggalkan anggotanya.
Walaupun aturan mainnya bagus namun SDM-nya buruk maka organisasi tidak jalan. Demikian pula jika SDM-nya baik namun aturan mainnya buruk, katanya. Organisasi kepemudaan, katanya, juga perlu memperbaiki permasalahan internal organisasi sebelum berperan ke arah yang lebih besar. Pada kesempatan itu Adhyaksa juga meminta Pemuda untuk siap menghadapi era ?Globalisasi tidak bisa ditahan sehingga harus dihadapi. Jika para pemuda tidak siap menghadapi globalisasi maka Indonesia hanya akan mudah dimanfaatkan oleh bangsa lain, paparnya. Adhyaksa mengharapkan Temu Pemuda Serantau dan Bakti Pemuda Internasional yang diikuti Pemuda dari Indonesia, Malaysia, Singapura,m Thailand dan Kamboja dapat meningkatkan kemampuan Pemuda dalam menghadapi globalisasi, dan dapat menyaring pengaruh buruk globalisasi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar